METROMEDAN.WAHANANEWS.CO - Majelis Hakim Pengadilan Tinggi (PT) Medan, Sumatera Utara, memperkuat vonis penjara seumur hidup terhadap terdakwa Arjuna Faddli Sinaga (32) karena terbukti menjadi kurir narkoba jenis sabu seberat 23,8 kilogram.
Putusan banding Nomor: 466/PID.SUS/2025/PT MDN tersebut, sekaligus memperkuat hukuman Pengadilan Negeri Medan yang meloloskan terdakwa Arjuna Faddli Sinaga dari hukuman mati.
Baca Juga:
JPU Kejari Tulangbawang Barat Dakwa Heri Yunizar dalam Kasus Korupsi Pasar
"Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 1646/Pid.Sus/2024/PN Mdn. Menetapkan agar terdakwa tetap ditahan," tegas Hakim Ketua Syamsul Qamar dalam isi putusan banding dilihat di Medan, Selasa (8/4/2025).
Sebelumnya, majelis hakim Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan vonis penjara seumur hidup kepada terdakwa Arjuna, karena terbukti menjadi kurir sabu-sabu seberat 23,8 kilogram yang akan dikirim ke Kota Palembang, Sumatera Selatan.
"Menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Arjuna Faddli Sinaga dengan pidana penjara seumur hidup,” kata Hakim Ketua Vera Yetti Magdalena di Pengadilan Negeri Medan (16/1).
Baca Juga:
Hasto PDIP Menolak Dilimpahkan ke JPU, Pengacara Beberkan Alasannya
Hakim menyatakan, perbuatan terdakwa Arjuna yang merupakan warga Desa Marindal I, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, memenuhi unsur-unsur tindak pidana narkotika sebagaimana dakwaan alternatif pertama.
"Terdakwa terbukti melanggar Pasal 114 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika," jelas dia.
Menurut hakim, adapun hal memberatkan perbuatan terdakwa Arjuna karena tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas narkoba, dan terdakwa Arjuna merupakan residivis kasus yang sama.
"Sedangkan hal meringankan tidak ditemukan," tutur Hakim Vera.
Vonis itu lebih ringan atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Medan yang sebelumnya meminta agar terdakwa Arjuna dijatuhi pidana mati.
JPU Kejari Medan Septian Napitupulu menilai terdakwa Arjuna terbukti secara sah bersalah melakukan tindak pidana narkotika sebagaimana diatur Pasal 114 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Dalam surat tuntutannya, JPU Septian mengaku, bahwa hal yang memberatkan terdakwa Arjuna adalah seorang residivis tindak pidana narkoba.
"Selain itu, perbuatan terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam memberantas narkoba. Sedangkan hal meringankan tidak ditemukan," jelasnya.
JPU dalam surat dakwaan sebelumnya menyebut, terdakwa Arjuna ditangkap pada 13 April 2024 di Apartemen De Prima, Jalan Gelas, Kelurahan Sei Putih Tengah, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan.
Terdakwa Arjuna ditangkap setelah pihak Satres Narkoba Polrestabes Medan menerima informasi masyarakat atas keberadaan narkotika di apartemen tersebut.
"Petugas lantas melakukan penyelidikan di lokasi dan melihat terdakwa Arjuna sedang membawa tas jinjing di parkiran Apartemen De Prima," ucapnya.
Selanjutnya, petugas menggeledah dan menemukan sebanyak 20 bungkus plastik teh Tiongkok berisi sabu-sabu di dalam tas jinjing terdakwa Arjuna.
Ketika diinterogasi petugas, terdakwa Arjuna mengakui masih menyimpan narkotika di kamar apartemen tersebut.
Petugas kepolisian lantas menemukan sebanyak empat bungkus plastik teh Tiongkok berisi sabu-sabu di dalam lemari milik terdakwa.
Pengakuan terdakwa Arjuna, sabu-sabu tersebut milik seseorang bernama Wawan (lidik), dan memerintahkannya membawa barang haram itu ke Kota Palembang, Sumatera Selatan.
"Setelah ditangkap, Arjuna beserta sabu-sabu seberat 23,8 kilogram dibawa ke Kantor Satres Narkoba Polrestabes Medan untuk proses hukum lebih lanjut," tutur Septian Napitupulu.
[Redaktur: Amanda Zubehor]